Kamis, 18 Juli 2013

Fisika farmasi_Laporan Bobot Jenis dan Rapat Jenis


BAB I PENDAHULUAN
Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam system cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3)
Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan volume (mL), jadi satu bobot jenis adalah g / mL. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan. 
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk cairan / larutan.
Disamping itu, dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka kami akan mencoba melakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis dengan menggunakan alat yang disebut dengan piknometer.

BAB II LANDASAN TEORI
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat yang dibandingkan dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 250 C). Sedangkan rapat jenis (specific grafity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dibanding dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanyan dinyatakan sebagai 250 / 250 , 250 / 40, 40 / 40). Untuk bidang farmasi, biasanya 250 / 250 (Anonim, 2012).
 Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama (Anonim, 1995). Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan dimurnikan. Pada 40 C, kepadatan air adalah 1 g dalam satu centimeter kubik. Karena USP menetapkan 1 mL dapat dianggap sebagai equivalen dengan 1 cc. Dalam farmasi, berat 1 g air dianggap 1 mL (Ansel, 1989). Bobot jenis merupakan suatu karakteristik bahan yang penting digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat pembantu. Khususnya sifat bahan / zat yang berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ρ= m/V (g⁄mL) Bilangan bobot jenis merupakan perbandingan dimensi yang mengacu pada bobot jenis air pada suhu 40 C (ρ = 1,000 g / mL). ρ= (zat padat t° C)/(zat padat 4° C) Sebaliknya dengan bobot jenis relatif dengan farmakope yakni bobot yang mengacu pada ukuran besar setara bagian volume yang sama dari zat yang diteliti terhadap air. Dimana keduanya diukur pada suhu 200 C. Bobot jenis pada suhu 200 C merupakan salah satu karakteristik bahan penting yang digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu khususnya sifat cairan dan zat-zat yang berjenis malam. Penentuan bobot jenis dapat dilakukan dengan metode piknometer, arometer, timbangan hidrostatik (timbangan mohr westphall) dan metode manometik (Alfred, Martin, 1990). Bobot janis sejati (benar) adalah perbandingan antara massa dan volume zat padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga. Sedangkan bobot jenis nyata adalah volume yang membesar akibat adanya pori-pori yang menyebabkan besarnya volume. Penentuan bobot jenis sejati bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode piknometer cairan atau metode manometer (Voigt, 1994). Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu sebagai berikut, (Lachman, 1994). Bobot jenis sejati Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup. Bobot jenis nyata Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori / lubang terbuka tetapi termasuk pori yang tertutup. Bobot jenis efektif Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup. Cara pengukuran bobot jenis zat ada beberapa cara, antara lain : Metode Piknometer Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruangan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam mL dan suhu tetentu (200C). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 mL. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, Herma n J., 1994) Neraca Mohr Westphal Dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas tuas dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C yang terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui suhu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujung jarum D tepat pada jarum T (Anonim, 1993). Densimeter Merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera (Anonim, 1993). II.2 Uraian Bahan 1. ALKOHOL (F1 EDISI III Hal. 65 ) Nama resmi : AETHANOLUM Sinonim : Etanol, Alkohol Bobot Jenis : 0,8119 sampai 0,8139 Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan, mudah bergerak, bau khas rasa panas, mudah berbakar, dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api Penggunaan : Pembilas dan sampel 2. AQUADEST (F1 EDISI III Hal. 96) Nama resmi : AQUA DESTILLATA Sinonim : Air Suling BM : 18,02 Berat Jenis : 1 g / mL Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Penggunaan : Sampel 3. ASETON (F1 Edisi III Hal. 655) Nama resmi : ACETONUM Sinonim : Aseton Berat Molekul : 58,08 Berat Jenis : 0,79 g / mL Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, bau khas, mudah menguap Kelarutan : Dapat bercamput dengan Air, Etanol, dengan eter P, dan dengan kloroform P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Penggunaan : Sampel 4. BENSIN (F1 Edisi III Hal. 658) Nama resmi : BENSINUM Sinonim : Bensin Berat Jenis : 0,876 - 0,881 g / mL Pemerian : Kuning pucat, mudah menguap Kelarutan : Tidak larut dalam air dan etanol Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Penggunaan : Sampel 5. MINYAK KELAPA (F1 edisi III hal 456) Nama resmi : OLEUM COCOS Sinonim : Minyak Kelapa Berat Jenis : 0,940 - 0,950 g / mL Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, atau kuning Pucat, bau khas tidak tengik Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) p, pada suhu 600C, sangat mudah larut dalam kloroform P dan eter P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk Penggunaan : Sampel 6. MINYAK TANAH (F1 Edisi IV Hal. 680 ) Nama resmi : OLEUM MINERALLE Sinonim : Minyak tanah, minyak alami berwarna bebas atau Praktis Berat Jenis : 0,845 - 0,905 g / mL Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam minyak lemak Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Penggunaan : Sampel BAB III METODE PRAKTIKUM III.1 Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan : NO Nama alat 1 Desikator 2 Gegep 3 Gelas ukur 5 Oven 6 Termometer 7 Timbangan analitik 8 Piknometer B. Bahan yang digunakan : NO Nama Bahan 1 Alkohol 96 % 25 mL 2 Aquadest 50 mL 3 Aseton 25 mL 4 Bensin 50 mL 5 Minyak kelapa 50 mL 6 Minyak tanah 50 mL BAB IV HASIL PERCOBAAN IV.1 Tabel Pengamatan pada Suhu Ditentukan (200C) No Zat uji Bobot Piknometer Berat Jenis (g/mL) Rapat Jenis Volume (mL) Kosong (g) Berisi (g) 1 Alkohol 96% 15,6445 38,0849 0,8976 0,9259 25 2 Aquadest 28,3661 76,8384 0,9694 1 50 3 Aseton 15,0822 33,9535 0,7548 0,7817 25 4 Bensin 27,8427 62,4719 0,6926 0,7144 50 5 Minyak kelapa 27,4128 71,3043 0,8778 0,9055 50 6 Minyak tanah 26,4414 65,9465 0,7901 0,8150 50 IV.1 Tabel Pengamatan pada Suhu 250C No Zat uji Bobot Piknometer Berat Jenis (g/mL) Rapat Jenis Volume (mL) Kosong (g) Berisi (g) 1 Alkohol 96% 15,6445 37,9832 0,8936 0,9215 25 2 Aquadest 28,3661 76,8559 0,9697 1 50 3 Aseton 15,0822 34,0687 0,7994 0,7874 25 4 Bensin 27,8427 62,5164 0,6934 0,7150 50 5 Minyak kelapa 27,4128 71,1428 0,8746 0,9019 50 6 Minyak tanah 26,4414 65,9289 0,7897 0,8143 50 BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini yaitu penetapan bobot jenis dan rapat jenis zat cair dengan menggunakan metode piknometer. Adapun zat cair yang ditetapkan bobot jenis dan rapat jenisnya yaitu alkohol 96 % , aquadest, aseton, bensin, minyak kelapa dan minyak tanah. Pada pengukuran bobot jenis ini, pertama-tama dibersihkan piknometer kosong hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest dibilas dengan alkohol 96 %. Hal ini dikarenakan alkohol mudah menguap dan bersifat antiseptik. Setelah itu, piknometer dipanaskan dalam oven pada suhu 100o C selama satu jam. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan bobot jenis piknometer sesungguhnya dimana pada saat botol piknometer dibilas masih tersisa tetesan zat cair tersebut dapat mempengaruhi bobot jenis zat pada saat penimbangan. Setelah satu jam dalam oven, piknometer dikeluarkan dan dimasukkan pada desikator hingga dingin (± 15 menit). Setelah dingin, piknometer ditimbang di dalam neraca analitik untuk mendapatkan bobot piknometer kosong. Pada sampel I yaitu alkohol 96 %. Piknometer kosong yang telah ditimbang, diisikan alkohol 96 % sampai penuh. Selanjutnya piknometer dengan isinya didinginkan dalam es hingga suhu dalam piknometer mencapai 200 C menggunakan termometer. Setelah suhu mencapai tepat 200 C, piknometer segera ditutup dan dilap dengan tissue hingga kering kemudian ditimbang dalam neraca analitik. Piknometer ditimbang tepat pada suhu 200 C karena piknometer yang digunakan bersuhu 200 C. Hasil yang didapatkan dari penimbangan ini merupakan berat piknometer berisi dengan berat yaitu 38,0849 gram. Setelah didapatkan bobot piknometer berisi maka dilakukan perhitungan berat jenis dan rapat jenis alkohol 96 %. Adapun berat jenisnya yaitu 0,8976 g / mL dan rapat jenisnya yaitu 0,9259. Selain dilakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis pada suhu 200 C, juga dilakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis pada suhu 250 C dengan prosedur: Piknometer berisi suhu 200 C yang telah ditimbang dibiarkan hingga mencapai suhu 250 C. Setelah mencapai suhu 250 C, piknometer ditimbang kembali menggunakan neraca analitik sehingga diperoleh hasil penimbangan 37,9832 gram. Setelah didapatkan bobot piknometer berisi maka dilakukan perhitungan berat jenis dan rapat jenis alkohol 96 %. Adapun berat jenisnya yaitu 0,8936 g / mL dan rapat jenisnya yaitu 0,9215. Bobot jenis alkohol 96 % yang didapat baik pada suhu 200 C maupun 250 C tidak sesuai dengan farmakope yang menjelaskan bobot jenis alkohol 96 % adalah 0,8119 sampai 0,8139. Pada sampel II yaitu aquadest dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang sama dengan prosedur kerja alkohol 96 %. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aquadest pada suhu 200 C yaitu 0,9694 g / mL dan 1. Sedangkan pada suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aquadest yaitu 0,9697 g / mL dan 1. Dan untuk bobot jenis yang disebutkan dalam farmakope adalah 1 g / mL. Pada sampel III yaitu aseton dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang juga sama dengan prosedur kerja alkohol 96 % dan aquadest. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton pada suhu 200 C yaitu 0,7548 g / mL dan 0,7817. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton yaitu 0,7994 g / mL dan 0,7874. Sedangkan di dalam farmakope menyebutan bobot jenis aseton adalah 0,79 g / mL. Pada sampel IV yaitu bensin dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja sama dengan prosedur kerja alkohol 96 %, aquadest dan aseton. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis bensin pada suhu 200 C yaitu 0,6926 g / mL dan 0,7144. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton yaitu 0,6934 g / mL dan 0,7150. Sedangkan dalam farmakope menyebutan bobot jenis bensin adalah 0,876 sampai 0,881 g / mL. Pada sampel V yaitu minyak kelapa dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang masih sama dengan prosedur kerja alkohol 96 %, aquadest, aseton dan bensin. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis minyak kelapa pada suhu 200 C yaitu 0,8778 g / mL dan 0,9055. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton yaitu 0,8746 g / mL dan 0,9019. Sedangkan dalam farmakope menyebutan bobot jenis minyak kelapa adalah 0,940 sampai 0,950 g / mL. Pada sampel VI yaitu minyak tanah dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang sama dengan prosedur kerja sampel sebelumnya. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis minyak tanah pada suhu 200 C yaitu 0,7901 g / mL dan 0,8150. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis minyak tanah yaitu 0,7897 g / mL dan 0,8143. Sedangkan dalam farmakope menyebutan bobot jenis bensin adalah 0,845 sampai 0,905 g / mL.
Daftar Pustaka
Anonim, 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta : Depkes RI
Anonim. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta : Depkes RI. 1031
Anonim. 2012. PENUNTUN PARKTIKUM FISIKA FARMASI. Kendari : Akademi Farmasi Bina Husada. 5
Voigh, R. 1994. BUKU PELAJARAN TEKNOLOGI FARMASI. Terjemahan Dr. Soendani Noerono. Yogyakarta : UGM Press. 65

Tidak ada komentar:

Posting Komentar