Senin, 29 Juli 2013

Farmasetika_Laporan Infus

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sediaan farmasi tidak hanya sebatas sediaan padat, semi padat, dan cair. Selain itu terdapat juga sediaan galenik dan sediaan  steril. Sediaan steril ini terdiri dari obat tetes mata (guttae opthalmic), obat tetes telinga (guttae auricause), obat tetes hidung (guttae nassales),  tetes mulut (guttae oris), salep mata, dan injeksi. Injeksi terdiri dari injeksi volume kecil (ampul dan vial), dan injeksi volume besar (infus). Sediaan steril termasuk sediaan yang agak rumit karena pengerjaannya harus memperhatikan keadaan bahan, alat, dan lingkungan yang steril serta pengerjaan yang dilakukan secara aseptik dan juga harus hati-hati untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroba dan bahan asing.
Injeksi infus ini didefenisikan sebagai sediaan steril untuk penggunaan parenteral. Sediaan ini dibuat atau diracik dengan melarutkan, mengemulsi, atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam pelarut atau dengan menggunakan bahan atau zat yang isotonis, atau mempunyai tekanan yang sama dengan darah dan cairan tubuh yang lain dengan menggunakan Aqua Pro Injeksi  sebagai zat pembawanya.
 Penggunaan injeksi dapat dilakukan dengan berbagai rute pemberian kepada penderita atau pasien yang tidak dapat atau susah untuk menelan obat atau tidak dapat diserap dari mukosa saluran cerna. Sediaan injeksi ini tidak semua jernih atau tidak berwarna tetapi sediaan injeksi ini dapat pula berwarna tergantung dari bahan obat yang dipakai. Sediaan injeksi baik yang berwarna maupun yang tidak berwarna harus tetap steril. Oleh karena itu, seorang farmasis harus mengetahui bagaimana cara pembuatan dan pemakainnya.
Pembuatan infus dilakukan dengan tujuan diberikan pada pasien yang tidak dapat menelan obat, dan biasanya dilakukan untuk intravena. selain itu, juga bertujuan agar seorang farmasis dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan steril infus. Berdasaran uraian diatas, maka sangat perlu membahas lebih dalam lagi tentang pembuatan sediaan infus.




BAB II
FORMULA
II.1 Master Formula
R/  Glukosa              25 g
NaCl                   2,25 g
A.P.I.  ad            500 mL

II.2 Kelengkapan Resep
Dr. Fiant      SIP. 005/IDI/2010
Jl. Syehk Yusuf  No 15 Kendari
Telp. (0401) 31934
No. 01                              Kendari, 22/09/2012
R/  Glukosa              25 g
NaCl                   2,25 g
A.P.I. ad             500 mL
                             Fac 100 mL                   
Pro         : Arka
Umur     : 20 Tahun
Alamat  : Jl. Asrama Haji
Keterangan :
R/                    :    Recipe                 :    Ambillah
Pro                  :    Pronum                :    Untuk
Fac                  :    Fac                       :    Dibuat
            A.P.I.              :    Aqua Pro Injeksi :    Air Untuk Injeksi

II.3 Alasan Penggunaan Bahan
II.3.1 Penggunaan Bahan Aktif
Glukosa merupakan bahan yang berfungsi sebagai kalorinergik artinya sebagai sumber energi. Bentuk alaminya disebut juga Dekstrosa. Penggunaan glukosa pada sediaan ini sebagai bahan utamanya dimaksudkan untuk menambah energi pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh karena hipokelemik dehidrasi.
II.3.2 Penggunaan Bahan Tambahan
a.    Natrium Clorida (NaCl)
            Digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus yang akan dibuat dapat setara dengan tekanan osmosis cairan tubuh yakni 0,9 % yang juga merupakan tekanan osmosis NaCl. Pada sediaan ini, NaCl digunakan sebagai zat tambahan untuk memperoleh larutan yang isotonis.


b.   Aqua pro injeksi (API)
Selain sebagai bahan dalam pembuatan injeksi karena bebas pirogen, alasan dari penggunaan A.P.I. yaitu dalam ilmu farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan zat tambahan lainnya yang mudah terhidrolisa (mudah terurai dengan karena adanya kelembaban). 
c.    Sulfur (S)
Alasan penggunaan sulfur adalah agar alat yang digunakan tidak mengandung bakteriasida.
d.   Natrium karbonat (Na2CO3)
Digunakan sebagai bahan pembersih alat-alat.












BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1  Landasan teori
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 10 larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL.
Menurut FI Edisi III halaman 12, infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap  darah, disuntikkan langsung ke dalam vena, dengan volume relatife banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakteriasida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel.
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relatif sama. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan air dan elektrolit. (Anief , 1997)
Injeksi volume besar atau injeksi yang dimaksudkan untuk pemberian langsung ke dalam pembuluh darah vena harus steril dan isotonis dengan darah, dikemas dalam wadah tunggal berukuran 100 mL - 2000 mL. Tubuh manusia mengandung 60   air dan terdiri atas cairan intraseluler (di dalam sel), 40  yang mengandung ion-ion K+, Mg+, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP, heksosa, monofosfat dan lain-lain. Air mengandung cairan ekstraseluler (di luar sel) 20  yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan intersesier (diantara kapiler) 15  dan plasma darah 5  dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida dan bikarbonat. (Anief , 2008)
Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan di keluarkan dalam jumlah yang relatife sama. Rasionya dalam tubuh adalah 57 , lemak 20,8 , protein 17,0 , serta mineral dan glikogen 6 . Infus berisi larutan glukosa atau dekskrosa yang cocok untuk donor kalori. (FI Edisi III halaman 12).
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk infus harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah akhir infus harus diamati secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual harus di tolak.
 Air  yang digunakan untuk infus biasanya Aqua Pro injeksi, A.P.I. ini dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok dengan label. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya di tampung dan segera digunakan.
Dalam pembuatan infus atau cairan intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volume yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena biasanya mengandung zat-zat amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin. Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk menetralisir trauma pada pembuluh darah. Namun cairan Hipotonis maupun Hipertonis dapat digunakan untuk meminimalisir pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.  (Anief, 1993).
Ø Syarat-syarat infus
1.    Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis
2.    Jernih, berarti tidak ada partikel padat
3.    Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna
4.    Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain yakni 7,4.
5.    Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbai dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 %.
6.    Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7.    Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida dimana mengandung radikal yang ada unsur N, dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu dapat menimbulkan demam dan pirogen bersifat termostabil.
Ø Keuntungan sediaan infus :
1.    Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat
2.    Efek obat dapat diramalkan dengan pasti
3.    Biovaibilitas obat dalam traktus gastrointenstinalis dapat dihindarkan
4.    Obat dapat diberikan kepada penderita sakit keras atau dalam keadaan koma.
5.    Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindarkan.
Ø Kerugian sediaan infus :
1.    Rasa nyeri saat disuntikkan apalagi kalau harus diberikan berulang kali
2.    Memberikan efek fisikologis pada penderita yang takut suntik
3.    Kekeliruan pemberian obat atau dosis hapir tidak mungkin diperbaiki terutama sesudah pemberian intravena
4.    Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau ditempat praktek dokter oleh perawat yang kompeten
5.    Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril dikarenakan ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis dan bebas partikel)
Ø Fungsi pemberian infus :
1.    Dasar nutrisi, kebutuhan kalori untuk pasien dirumah sakit harus disuplai via intravenous. Intravenous seperti protein dan karbohidrat
2.    Keseimbangan elektrolit digunakan pada pasien yang shock, diare, mual, muntah, membutuhkann cairan inrravenous
3.    Pengganti cairan tubuh seperti dehidrasi
4.    Pembawa obat obat. Contohnya seperti antibiotik
Ø Penggolongan sediaan infus :
1.    Larutan elektrolit
Secara klinis larutan digunakan untuk mengatasi perbadaan ion atau penyimpanan jumlah normal elektrolit dalam darah. Penyebab berkuranngnya elektrolit plasma darah adalah kecelakaan, kebakaran dan operasi atau perubahan patologis organ.
Ada dua jenis keadaan atau kondisi darah yang menyimpan yakni sebagai berikut :
*  Asidosis
Yakni kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
*  Alkalosis
Yakni kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih.

2.    Infus carbonat
Berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglemia.
3.    Larutan kombinasi elektrolit dan carbonat
4.    Larutan irigasi
Sediaan larutan steril dalam jumlah besar 3 liter. Larutan ini disuntikkan dalam vena, tetapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umunya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat.

III.2    Uraian Bahan
a.    Glukosa (FI Edisi III hal. 268)
Nama resmi                 :    GLUCOSUM
Sinonim                      :    Glukosa
Rumus Molekul          :    C6H12O6H2O

Pemerian                     :    Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis.
                 Kelarutan                    :    Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95 %) P mendidih, sukar larut dalam etanol (95 %) P.
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik.
K / P                           :    Kalorigenikum, yakni zat yang dapat meningkatkan atau menghasilkan energi.

b.   NaCl (FI Edisi III Hal. 403)
Nama Resmi               :    NATRII CHLORIDUM
Sinonim                      :    Natrium Klorida
Rumus Molekul          :    NaCl
Pemerian                     :    Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan                    :    Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95 %). 
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik.
K / P                           :    Sumber ion klorida dan ion natrium


c.    A.P.I (FI Edisi III Hal. 97)
Nama Resmi               :    AQUA PRO INJECTION
Sinonim                      :    Air untuk injeksi
Pemerian                     :    Keasaman–kebasaan, amonium, besi, tembaga, timbal, kalsium klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada aqua destilata. 
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.
K / P                           :    Untuk pembuatan injeksi

d.   Sulfur (FI Edisi III Hal. 591)
Nama Resmi               :    SULFUR PRAECIPITATUM
Sinonim                      :    Belerang endap
Pemerian                     :    Tidak berbau, tidak berasa.
          Makroskopik     :    Serbuk lembek, bebas butiran, kuning keabuan pucat atau kuning kehijauan pucat.
          Mikroskopik      :    Partikel hampir bulat berkelompok, amorf, mudah larut dalam karbondisulfida P.
Kelarutan                    :    Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondisulfida P, sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam etanol (95 %) P.
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik.
K / P                           :    Antiskabies, yakni obat yang digunakan untuk penyakit kudis).

e.    Na2CO3 (FI Edisi III Hal. 400)
Nama Resmi               :    NATRII CARBONAS
Sinonim                      :    Natrium Karbonat
Rumus Molekul          :    Na2CO3.H2O
Pemerian                     :    Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih.
Kelarutan                    :    Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih.
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik.
K / P                           :    Zat tambahan dan keratolitikum yakni untuk menebalkan lapisan tanduk.








BAB IV
METODE KERJA
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat yang digunakan :
1.        Autoklaf
2.        Batang pengaduk
3.        Botol kaca infus 100 mL
4.        Gelas kimia 100 ml
5.        Gelas ukur 100 mL
6.        Labu ukur 100 mL dan 500 mL
7.        Sendok tanduk
8.        Spoit 3 cc
9.        Tali godam
10.    Timbangan digital.
IV.1.2 Bahan yang digunakan :
1.      Alumium foil
2.      Aquadest
3.      A.P.I
4.      Glukosa
5.      Kapas
6.      Kertas perkamen
7.      Kertas saring
8.      NaCl
9.      Na2CO3
10.  Sulfur
IV.2 Perhitungan Bahan
*  Perhitungan larutan bebas sulfur
1.    Na2CO3   2%  , 500 mL
%w    =     x  100 %
2%     =  x  100 %
       x  =  10 gram
2.    Sulfur   0,1%  ,  500 mL 
%w    =     x  100 %
1 %    =  x  100 %
        x = 0,5 gram
*  Perhitungan Bahan
1.    Glukosa             =    x  100  =  5 gram
2.    NaCl                  =  x  100  =  0.45 gram
Dalam Farmakope Indonesia Edisi III halaman 19, volume tambahan yang dianjurkan adalah 2% dari volume yang akan dibuat, maka :
·      Glukosa        =     x  5     =  0,1 gram
Total             =  5   +   0,1    =  5,1 gram
·      NaCl             =    x  0,45  =  0,009 gram
Total             =  0,045 + 0,009
                           = 0,459 gram
3.    A.P.I                  =  100 – ( 5,1 + 0,459 )
=   94,441 mL.
IV.3 Cara Kerja
IV.3.1 Pembuatan Larutan Bebas Sulfur
1.    Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.    Timbang natrium carbonat sebanyak 10 gram. Masukkan ke dalam gelas kimia 100 mL, kemudian dilarutkan dengan sedikit aquadest
3.    Timbang 0,5 gram sulfur, masukkan ke dalam gelas kimia 100 ml, larutkan dengan sedikit aquadest
4.    Larutkan dengan natrium carbonat dengan larutan sulfur, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 500 mL
5.    Cukupkan volumenya hingga 500 mL
6.    Kocok hingga homogen
7.    Beri etiket, brosur dan kemasan
IV.3.2 Cara Kerja Pembuatan Infus
1.        Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.        Lakukan perhitungan bahannya.
3.        Timbang glukosa 5,1 gram di dalam gelas kimia 100 mL.
4.        Diambil NaCl 0,9 % sebanyak 0,459 ml dengan menggunakan spoit 3 cc.
5.        Diambil A.P.I 96,33 mL dengan menggunakan gelas ukur.
6.        Kalibrasi botol infus.
7.        Botol infus dibebas sulfurkan dengan cara botol infus direndam dengan larutan sulfur dengan glukosa.
8.        Glukosa yang telah ditimbang dilarutkan dengan sedikit A.P.I, kemudian diaduk hingga larut.
9.        Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahakn dengan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 0,459 mL, lalu tambahkan dengan A.P.I sampai tanda batas.
10.    Masukkan ke dalam botol infus kemudian ditutup dengan penutup karet dan aluminium foil, lalu diikat dengan tali godam
11.    Sterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
12.    Setelah steril, dikeluarkan lalu diberi etiket, brosur dan kemasan.



BAB V
PEMBAHASAN
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk infus harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi atau adanya bahan asing. Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) mempersyaratkan tiap wadah akhir infus harus diamati secara fisik dan tiap wadah  yang menunjukan pencemaran bahan asing yang terlihat secara  visual harus ditolak. Selain itu syarat sediaan steril infus adalah harus bebas pirogen. Dimana bebas pirogen dapat diartikan bahwa sediaan yang bebas dari cemaran mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya panas atau demam. Sebelum wadah digunakan, wadah haruslah dibebas sulfurkan terlebih dahulu dengan merendam penutup wadah infus yang terbuat dari karet dalam larutan belerang (sulfur praecipitatum) dan natrium carbonat (Na2CO3).
            Air yang digunakan untuk infus biasanya Aqua Pro Injeksi ini dibuat  dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok untuk labu. Hasil sulingan pertama di buang dengan sulingan selanjutnya ditampung dan segera digunakan. Bila segera digunakan untuk disterilan dengan cara sterilisasi A (sterilisasi basah atau disebut dengan sterilisasi panas lembab karena sterilisasi ini dilakukan di dalam autoklaf dengan menggunakan uap air bertekanan) atau C (penyaringan bakteri kecil) setelah ditampung.
            Dalam praktikum ini pertama-tama dilakukan yakni mensterilkan semua alat-alat yang dilakukan di dalam autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit, selanjutnya dilakukan penimbangan bahan. Pertama ditimbang glukosa sebanyak 5,1 gram di dalam gelas kimia 100 mL dan dilarutkan dengan Aqua Pro Injeksi secukupnnya hingga larut lalu aduk hingga dengan batang pengaduk. Setelah larut tambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 0,495 mL dengan menggunakan spoit 3 cc, aduk hingga homogen setelah itu masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian cukupkan volumenya dengan Aqua Pro Injeksi hingga 100 mL, goyangkan labu ukur agar bahan tercampur homogen.
            Setelah larutan tersebut di buat, siapkan wadahnya. Botol infus dikalibrasi dengan menggunakan Aqua Destillata hingga 100 mL, keluarkan isinya lalu masukkan larutan yang telah dibuat tadi. Tutup botol dengan penutup karet dan dilapisi dengann aluminium foil dan ikat dengan talli godam sekuat mungkin. Tujuannya agar pada saat disterilkan dalam autolaf volume infus tidak berkurang, kemudian diadakan uji kelayakan dan kejernihan larutan infus yang telah dibuat dengan cara melihat jernih atau keruhnya larutan infus yang telah dibuat. Setelah itu uji adanya bahan-bahan asing yang berwarna putih dengan menggunakan sebuah alat yang berlatar hitam sehingga dengan alat tersebut kita dapat melihat jika ada bahan-bahan asing yang berwarna putih yang melayang-layang dalam larutan tersebut.
            Selanjutnya uji bahan-bahan asing berwarna hitam dengan menggunakan alat-alat berlatar putih, dengan alat ini jika masih ada bahan-bahan asing berwarna hitam akan dapat terlihat dengan jelas. Kemudian dilakukan uji kebocoran jika larutan infus yang dibuat bocor maka volume infus tersebut berkurang ataupun bertambah, hal ini dapat dilihat dengan adanya tanda kalibrasi 100 mL yang telah dibuat dengan menggunakan etiket. Larutan infus dapat berkurang akibat adanya kebocoran sehingga air akan keluar dari wadah infus dan bertambahnya larutan infus tersebut bisa disebabkan masuknya uap air pada saat dilakukan sterilisasi, setelah itu beri etiket, brosur dan kemasan.




DAFTAR PUSTAKA
Annonim. 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta : Depkes RI
Anief. 1991. FARMASETIKA. Yogyakarta: UGM Press
Anief. 2008. ILMU MERACIK OBAT. Yogyakarta: UGM Press
Voight, R. 1995. BUKU PELAJARAN TEKNOLOGI FARMASI. Yogyakarta:
UGM Press
Samsuri, A. 2006. ILMU RESEP. Jakarta : Buku kedokteran EGC














Tidak ada komentar:

Posting Komentar